Ternyata, tidak mudah bertransaksi melalui jalur internet di negeri ini. Saya mencoba menawarkan transaksi di internet untuk sebuah hal. Pertama-tama, saya mencoba menampilkan alamat email di yahoo tanpa nomor HP. Ada yang menghubungi melalui email tersebut dan berjanji untuk melihat-lihat. Ia memberi tahu nomor HP-nya. Kemudian, saya juga mengontaknya. Ia berjanji untuk melihat-lihat di hari Sabtu/Minggu. Pada hari yang dijanjikan, tidak bisa memenuhi dan meminta maaf lewat SMS.
Berikutnya, saya mencoba mengetes iklan saya tersebut dengan mempublikasikan nomor HP saya. Saya sudah infokan agar mengontak lewat SMS. Ternyata, ada yang mengontak langsung. Saya mendengar suaranya dan mengaku dengan nama haji x. Saya biasanya sudah curiga dengan hal semacam ini.
Kemudian, tiba-tiba nomornya terputus. Saya hubungi lagi, terputus lagi. Besoknya, saya coba lagi. Ternyata terputus lagi. Iseng-iseng saya coba searching di internet nomor tersebut. Akh, ternyata ada orang yang komplain nomor tersebut sebagai penipu. Disebutkan pula nomor HP orang tersebut dan ditulis bahwa orang tersebut biasa mengaku sebagai haji. Walapun si penulis tidak menyebutkan namanya (anonymous).
Hmmm… Kita harus hati-hati ketika harus mempublikasikan nomor HP kita di internet. Ini pengalaman penting untuk kita semua.
Pembelajaran yang sementara ini saya simpulkan:
1. Sementara ini, kebanyakan penipu di Indonesia hanya menggunakan komunikasi HP untuk menipu, bukan dengan email. Mungkin mereka belum terlalu familiar dengan email.
2. Penipu cenderung akan menggunakan atribut keagamaan. Sebab, kita sering terbuai dengan atribut tersebut. Sering kita terperangkap bahwa haji itu pasti orang jujur.
3. Jangan release nomor HP kita di internet. Nomor kita itu termasuk yang sifatnya harus dipublikasikan secara terbatas. Untung saya tidak menyebutkan nomor telepon rumah.
4. Harus berhati-hati ketika akan melakukan transaksi lewat internet, walapun hanya sekedar mempublish atau mengiklankan sesuatu.
Komentar