Langsung ke konten utama

Bagi Anda yang Masih Bingung Menentukan Pilihan pada Pilpres Mendatang

Bagi Anda yang masih bingung menentukan pilihan pada Pilpres nanti, berikut tulisan dari Gunawan Setiyaji dari sebuah milis. Tambah bingung, kan?

sebenarnya kita satu paham, SBY-JK terbaik untuk saat ini. Cuma mereka
sudah telanjur pisah Gimana lagi... Saya awalnya juga bingung. Tapi ya,
saya waktu SBY-JK juga pake prinsip mencari mana yang terbaik. Tanpa meremehkan kandidat lain. Prinsip itu juga yang saya pake sekarang. Saya sepakat bahwa ketiga pasangan ini pasti nggak main-main untuk mengurus rakyat. Kebijakannya juga pasti nggak jauh beda, kok. Cuma semangat dan pembuktiannya yang berbeda. Boediono dengan sejarah liberalismenya. Wiranto dan Prabowo dengan kenangan buruk masa perjuangan reformasi. Megawati dengan tragedi penjualan aset negara. JK yang gesit tapi sembarangan dan pro-pengusaha. SBY yang anti korupsi tapi peragu, mau tegas pun diragukan. Di Indonesia peran parpol juga penting, dan sedang diperkuat. Jadi parpol pendukungnya yang mana juga perlu dipertimbangkan. Sampe saat ini hanya satu parpol yang bersih dari korupsi. Mudah2an tetap bersih. Cuman kemaren bikin blunder. Saya tunggu mereka tobat deh, katanya partai kalem dan santun...

Komentar

Gunawan Setiyaji mengatakan…
Mas Rudy saja bingung, gimana saya yang bingung nggak tambah bingung ? hehehe...
agus mengatakan…
Bingung itu untuk yang mau memilih ya :) Terlepas dari siapa pilihannya dan siapa yang akhir terpilih, semoga pempimpin itu bisa menjaga amanah dan bisa membawa Indonesia lebih baik di masa depan

Postingan populer dari blog ini

MANAJEMEN KINERJA: MENGGUNAKAN SISTEM PENGENDALIAN SECARA STRATEGIS SEBAGAI ‘REM’ DAN ‘GAS’ DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Secara regulasi, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015  ternyata telah mengarahkan perubahan birokrasi kita dari yang dulunya kebanyakan berorientasi pada peraturan ( rules-oriented)  menjadi berorientasi kinerja ( performance-oriented). Dengan kata lain, regulasi kita telah mengarahkan agar kita berubah dari tadinya lebih menekankan pada pengendalian administratif ( administrative control ) menjadi lebih menekankan pada pengendalian hasil ( results control ). Namun, nyatanya, masih banyak yang ragu-ragu dan mempertanyakan apakah kita mesti lebih berorientasi pada peraturan atau lebih berorientasi pada kinerja  (Hartanto, 2018) . Keraguan terkait orientasi tersebut konsisten dengan keluhan beberapa kali Presiden Joko Widodo ketika melihat perilaku birokrasi kita. Ber kal -kali ia telah menyatakan bahwa organisasi sektor publik di Indonesia (baca: instansi pemerintah) kebanyakan menggunakan sumber dayanya ( resources ) ...

Internal Auditor dan Jasa Consulting

Pernyataan berikut sering muncul: “Bahwa BPKP itu fungsinya audit. Audit itu mencocokan apakah sesuatu sesuai dengan suatu standar tertentu. Jadi harus ada standardnya dulu. Kemudian ada pekerjaan atau proses melakukan sesuatu (yang diatur oleh standardnya) terlebih dulu. Baru kemudian bisa di audit. Oleh BPKP Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan? Nah kalau BPKP mendampingi … mestinya ya nggak tepat ??? Kapan meng-audit dan assessment-nya? Kalau ada yang menyimpang, yang salah yang menyimpang atau yang mendampingi?” Hal itu tidaklah salah total. Sebab, masyarakat awam selama ini sering menganggap bahwa kegiatan auditor hanyalah membandingkan antara apa yang diimplementasikan di lapangan dengan apa yang seharusnya. Kegiatan audit ini biasanya dikenal sebagai compliance audit yang sebenarnya hanyalah salah satu peran yang dapat diberikan oleh internal auditor sebagai bagian dari jasa assurance. Padahal, sebenarnya banyak kegiatan jasa assurance lainnya yang dapat diberikan auditor. Ar...

KENAPA SPBU PETRONAS GAGAL BERBISNIS DI INDONESIA?

Muncul publikasi di media tentang ditutupnya SPBU Petronas di Indonesia. Akhirnya, perusahaan unggul milik pemerintah Malaysia ini hengkang juga dari Indonesia. Sebenarnya, saya telah lama melihat keanehan SPBU Petronas ini. Setiap saya melewatinya, bisa dibilang hampir-hampir tidak ada pengunjungnya. Keanehan kedua, menurut saya, pemilihan lokasinya yang tidak tepat. Hal ini berbeda sekali dengan SPBU Shell. Walaupun harganya mahal mengikuti harga minyak dunia, SPBU milih Belanda ini masih memiliki pengunjung yang lumayan. Salah satu sebabnya adalah pemilihan lokasi yang tepat. Saya menjadi bertanya, kenapa perusahaan sekaliber Petronas bisa salah menempatkan SPBU-nya di Indonesia. Anehnya, Petronas dengan semangat langsung memasang jumlah pompa yang banyak. Bandingkan dengan SPBU Shell yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pasar. Saya menduga ada 2 penyebab kesalahan strategi Petronas tersebut. Keduanya terkait perencanaan masuk ke pasar. Dugaan pertama saya, Petronas salah ...