Langsung ke konten utama

Pulau Tidung: Kunjungan Wisata Berbasis Komunitas

IMG-20121225-00005Anda pasti sering mendengar Kepulauan Seribu. Jika diajak berwisata ke sana, tentu biaya yang terbayang adalah jumlah yang fantastis. Anda juga akan berfikir bahwa Kepuluan Seribu adalah sebuah gugusan di bawah pengelolaan Kota Jakarta Utara atau Jakarta Barat. Namun, tahukah Anda bahwa Kepulauan Seribu itu adalah sebuah kabupaten yang berada di bawah Pemerintah DKI Jakarta? Artinya, Pemerintah DKI Jakarta kini tidak hanya membawahi kota, tetapi juga kabupaten. Anda bisa bayangkan bagaimana sulitnya mengelola kawasan yang terpisah dari wilayah Jakarta. 

Syukurnya, ternyata Pemerintah DKI Jakarta begitu serius mengurusi kabupaten baru ini. Salah satu buktinya, mereka mengembangkan wisata berbasis komunitas. Tidak hanya perusahaan/korporasi saja yang didorong mengambil keuntungan dari bisnis wisata di Kepulauan Seribu, tetapi juga masyarakat di kepulauan tersebut. Salah satu wisata berbasis komunitas ini dikembangkan di Pulau Tidung dengan harga yang terjangkau.

Tahun lalu saya sempat berkunjung ke Pulau Tidung. Kunjungan ini sebenarnya merupakan kunjungan yang tidak direncanakan. Secara kebetulan seorang karib saya – yang menikah dengan adik istri saya – mengajak saya berwisata ke pulau tersebut. Memang, sebelumnya sekilas saya pernah mendengar usaha Pemerintah DKI Jakarta yang gencar mengembangkan wisata ke Pulau Tidung dari sebuah radio. Bahkan, kampanyenya terasa sekali di dunia twitter. Jika Anda meng-google, banyak sekali promosi yang dipasarkan tentang Pulau Tidung ini. 

Berbeda dengan yang dikembangkan oleh pihak swasta, wisata yang digalakkan oleh Pemerintah DKI Jakarta ke Pulau Tidung ini adalah wisata berbasis komunitas. Di Pulau ini, kita sebagai penikmat wisata menginap di rumah warga sekitar, bukan di cottage mewah. Tadinya, saya tidak dapat membayangkan seperti apa rasanya tinggal di rumah warga sekitar. Terbayang-bayang suasana tinggal di rumah kumuh dengan jamban yang tidak nyaman. Rupanya, kondisi di lapangan hal itu jauh berbeda dari yang terbayang sebelumnya. Kini sudah banyak rumah warga yang dimodifikasi agar bisa dinikmati oleh para turis.

Pulau Tidung dari KejauhanAnak Merasa Nyaman sebagai NakhodaBanana BoatMenyelam dan Melihat Pemandangan Bawah LautBerfoto sebagai Nakhoda
Suasana Wisata ke Pulau Tidung

Lantas, bagaimana caranya Anda bisa menikmati perjalanan wisata ke Pulau Tidung? Dengan jetfoil, tentu harganya mahal. Anda bisa menikmati perjalanan ke Pulau Tidung dengan kapal kecil milik warga setempat dari Muara Karang. Perjalanan ini menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Harga tiket kapal sekitar Rp40 ribu per orang. Kalau ingin cepat, Anda bisa juga menggunakan jetfoil. Sayangnya, keberangkatannya harus dari Marina Ancol dengan tiket sekitar Rp240 ribu per orang. Jetfoil bisa menjangkau Pulau Tidung dalam jangka sekitar satu jam. Cukup cepat, bukan? Skedulnya pun lebih fleksibel. Dengan kapal, Anda hanya punya waktu tertentu untuk berangkat ke dan kembali dari Pulau Tidung. Tentu dengan harga yang sangat merakyat.

Walaupun begitu, kapal kecil dari Muara Karang itu telah dilengkapi dengan pelampung yang memadai. Jadi, dari segi keselamatan, Anda cukup terjamin. Nahkodanya pun sangat ramah. Lagi pula, kalaupun ada gangguan, saya yakin penumpang tidak akan terdampar terlalu jauh dari pulau terdekat. Sebab, jalur yang dilewati kapal kecil tersebut tidak jauh dari pulau-pulau sekitarnya. Kemungkinan kalaupun ada masalah penumpang akan terdampar ke pulau terdekat.

Tadinya, ketika saya dan keluarga berkunjung, saya tidak merencanakan menginap di Pulau Tidung. Namun, ketika tiba di sana, skedul kapal kecil yang kembali dari Pulau Tidung ke Muara Karang sudah berangkat lebih awal pada sore harinya. Sebelumnya, saya berangkat pagi dari Muara Karang ke Pulau Tidung. Kebiasaan di sana, tidak akan ada kapal lagi untuk kembali ke Muara Karang dari Pulau Tidung setelah pukul 12.00 WIB jika ombak diprediksi akan bergolak. Tampaknya, memang secara alami wisata ke Pulau Tidung sudah diarahkan untuk menginap, paling tidak dalam satu malam.

Hebatnya, biaya penginapan di rumah penduduk ternyata sangat terjangkau. Untuk sebuah rumah dengan 2 kamar, biaya sewanya hanya sekitar Rp300 – 400 ribu per malam. Itu pun sudah termasuk ruang tamu di dalamnya dengan 2 kamar mandi. Dengan demikian, rumah ini bisa cukup banyak menampung beberapa orang sebenarnya. Kalau ingin menyewa rumah hanya dengan 1 kamar, tetapi ada ruang tamunya, harganya sekitar Rp200 – 300 ribu.

Wisata yang dapat dijelajahi di Pulau Tidung cukup banyak. Dengan penduduk sekitar 5 ribu orang, di sana kita bisa berwisata ke Pantai Cinta, di sebelah Timur pulau tersebut. Di sana juga ada jembatan menarik, yaitu Jembatan Cinta. Lokasi ini bukan tempat bercinta, loch. Akan tetapi, kita bisa berwisata dengan Banana Boat dan menyelam snorkeling. Harganya sekitar Rp150 ribu per boat yang bisa diisi 5 orang. Anda juga bisa melakukan penyelaman snorkeling untuk melihat keragaman hayati bawah laut. Tarifnya sekitar Rp35 ribu per orang.

Selain itu, Anda juga bisa melihat matahari terbenam di pantai sebelah Barat. Katanya, di sana ada rumah pangung kecil, tetapi saya tidak sempat menjajaginya. Saya hanya sempat menjelajahi dermaga di sebelah Utara. Kita bisa melihat nelayan yang baru bersandar dari laut.

Sayangnya, pantai di sebelah Selatan banyak menampung banyak dari Jakarta. Bahkan, saya lihat ada lampu bohlam yang berserakan di pantai. Ini akan membahayakan anak-anak yang berwisata ke sana. Padahal, pantai di sebelah Selatan ini berpasir putih dan cukup bagus untuk ditata lagi.

Kuliner di pulau ini pun sangat nikmat. Kita bisa makan malam seafod dengan harga terjangkau. Jika Anda beruntung, kunjungilah rumah makan tenda yang menjual kepiting dengan rasa yang memikat. Juga ada udang segarnya. Saat itu, rombongan saya berjumlah 20 orang. Mereka ikut makan malam semua dan menghabiskan sekitar Rp1,2 juta saja. Cukup murah bila dibandingkan makan seafood di Jakarta, kan? 

Saya sempat ngobrol dengan salah satu nahkoda, Pak Suhadi, yang juga orang asli Pulau Tidung, ketika dalam perjalanan kembali ke Muara Karang. Dia bilang, kalau kita mau berwisata ke sana sebenarnya bisa menggunakan jasa travel agent. Asalkan jumlahnya terpenuhi, yaitu di atas 12 orang. Tarifnya akan dibebankan sekitar Rp280 ribu per orang. Biaya ini sudah termasuk penginapan satu malam, ongkos kapal pulang-pergi, sewa sepeda, snorkeling, dan barbeque di malam hari. Sangat menantang, kan?

Ayoo susun agenda kunjungan wisata Anda ke sana. Siapkan jadual lebih awal karena hari Jumat – Senin biasanya hari-hari sibuk di sana.









image image

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN MELELAHKAN DI HOTSPOT J.CO

Hari Minggu 13 April 2008 lalu saya mampir di J.CO Donuts & Coffe di Bintaro Plaza. Sambil mencicipi kopi latte seharga Rp26 ribu, yang tentunya cukup mahal bagi kantong orang sekelas saya, saya mencoba mengakses Internet dari Hotspot café ini.  Setelah membayar di kasir dan menunggu antrian dari seorang pria peracik kopi yang tidak terlalu ramah, saya kemudian dipanggil untuk mengambil kopi saya yang masuk dalam antrian. Kalau tidak bertanya, ternyata petugas kopi café ini tidak menawarkan langsung akses gratis hotspot ke Internet yang dipromosikan café ini.   Setelah saya bertanya, apa password hotspot -nya, barulah diberi tulisan password di kertas bill saya, yaitu "hazelle dazele". Cukup bingung, saya tanya ke petugasnya, apakah password itu pakai spasi atau tidak. Dia jawab, “Tidak”. Kemudian, saya mencoba men- setup akses dengan O2. Aneh juga, signal hotspot -nya hilang-hilang timbul.  Yang cukup kuat malah dari café Ola La yg berada di lantai 2. Setelah b

Menafsirkan Kerugian Negara

Teringat Kasus Indosat-IM3 dan munculnya diskusi kerugian perekonomian negara, saya jadi teringat lagi dengan tulisan lama saya beberapa dekade lalu yang sayang untuk dibuang di KONTAN EDISI 36/IV Tanggal 5 Juni 2000.   Menafsirkan Kerugian Negara Rudy M. Harahap Pengamat Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah                                       Saya pernah bertanya kepada mahasiswa di kelas, ketika menyajikan kuliah akuntansi perbankan. Menurut saya, pertanyaan ini mestinya cukup sulit dijawab: "Misalkan Anda menjadi manajer bank dan ada kredit nasabah yang macet. Tentu, Anda tidak ingin gara-gara kredit macet ini kinerja Anda dinilai jelek. Apa yang akan Anda lakukan?" Ternyata, beberapa mahasiswa merasa tak sulit menjawab pertanyaan itu. Dengan enteng, mereka menjawab: "Ya, diskedul ulang saja, Pak. Terus, naikkan plafon pokok utangnya. Selisih antara pokok utang yang lama dengan pokok utang yang baru dikompensasikan saja ke tunggakan cicilan pokok dan tung

MANAJEMEN KINERJA: MENGGUNAKAN SISTEM PENGENDALIAN SECARA STRATEGIS SEBAGAI ‘REM’ DAN ‘GAS’ DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Secara regulasi, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015  ternyata telah mengarahkan perubahan birokrasi kita dari yang dulunya kebanyakan berorientasi pada peraturan ( rules-oriented)  menjadi berorientasi kinerja ( performance-oriented). Dengan kata lain, regulasi kita telah mengarahkan agar kita berubah dari tadinya lebih menekankan pada pengendalian administratif ( administrative control ) menjadi lebih menekankan pada pengendalian hasil ( results control ). Namun, nyatanya, masih banyak yang ragu-ragu dan mempertanyakan apakah kita mesti lebih berorientasi pada peraturan atau lebih berorientasi pada kinerja  (Hartanto, 2018) . Keraguan terkait orientasi tersebut konsisten dengan keluhan beberapa kali Presiden Joko Widodo ketika melihat perilaku birokrasi kita. Ber kal -kali ia telah menyatakan bahwa organisasi sektor publik di Indonesia (baca: instansi pemerintah) kebanyakan menggunakan sumber dayanya ( resources ) hanya untuk ke