Langsung ke konten utama

Menangani Cedera Lutut

Beberapa minggu lalu saya mengalami cidera lutut. Tiba-tiba saja, pas di pagi hari, ada bagian yang menonjol di bawah lutut bagian depan kaki saya. Rasanya sangat sakit sekali. Saya baru sekali ini mengalaminya. Kemudian, saya mencoba mengingat-ingat apa penyebabnya. Saya baru ingat bahwa saya baru mencoba sepeda statik. Saya yakin inilah penyebabnya. Padahal, tadinya saya pikir bahwa olah raga bersepeda adalah yang paling aman. Selama ini saya menggunakan sepeda biasa untuk berolah raga dan tidak pernah mengalami masalah ini.

Kemudian, saya searching di internet. Ada artikel menarik tentang cidera lutut ini dengan judul Nyeri Lutut Setelah Besepeda. Cedera Apanya ya? Bahkan, ditampilkan juga gambarnya. Dari sini saya tahu, bahwa ternyata bersepeda pun bisa mengakibatkan cedera.

Dari gambar tersebut, ternyata dapat disimpulkan bahwa cidera lutut saya ini disebut Osgood-Schlatter Disease. Dari link di wikipedia, gambaran fisiknya sangat nyata seperti tampak pada gambar berikut.

25 year old male with Osgood-Schlatter disease.

Cara mengobatinya juga menarik. Ternyata ada istilah dalam dunia kedokteran yang populer untuk pengobatan ini, yaitu RICE (Rest, Ice, Compress, and Elevation). Saya mencobanya. Alhamdulillah sekarang sudah membaik. Pada minggu terakhir, sesuai dengan saran di beberapa tulisan, juga saya kombinasikan dengan bantuan urut tradisional. Namun, memang diingatkan jangan melakukan pengurutan tradisional ketika cidera awal. Sebab, biasanya di dalam otot bisa jadi ada luka. Kita perlu menunggu sampai luka dalam itu sembuh dahulu baru diurut. Jika tidak, malah akan malah memburuk.

Untuk membantu agar cepat sembuh, lutut saya tersebut saya berikan bandage, seperti gambar berikut.

Kemudian, juga agar jalan bisa stabil saya gunakan knee-support seperti di gambar berikut.

Memang, baiknya, kita beristirahat penuh ketika terjadi cidera lutut tersebut. Sayangnya, saya harus menghadiri beberapa rapat dan mengajar mahasiswa saya. Jadi, dengan berbagai keterbatasan dan merasakan sakit yang sangat, saya tetap melakukan keseharian. Akan tetapi, pas di minggu terakhir, kondisi saya benar-benar anjlok dan akhirnya saya pun harus beristirahat total. 

Yang paling penting, dari pengalaman cidera ini, ketika kita berolah raga warming up itu sangat penting. Kemudian, ketika menggunakan sepeda statik, sangat penting memulainya dari ritme lambat dahulu, baru kemudian setelah tubuh kita siap, bisa dengan ritme cepat. Semoga pengalaman ini bermanfaat untuk Anda semua.

 

Sumber bacaan:

http://soltherapy.wordpress.com/2008/07/25/rules-for-bandaging/

http://www.diytrade.com/china/pd/1644945/KNEE_SUPPORT_SS52_3.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Osgood%E2%80%93Schlatter_disease

https://pedalsepedaku.wordpress.com/tag/cedera-lutut/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN MELELAHKAN DI HOTSPOT J.CO

Hari Minggu 13 April 2008 lalu saya mampir di J.CO Donuts & Coffe di Bintaro Plaza. Sambil mencicipi kopi latte seharga Rp26 ribu, yang tentunya cukup mahal bagi kantong orang sekelas saya, saya mencoba mengakses Internet dari Hotspot café ini.  Setelah membayar di kasir dan menunggu antrian dari seorang pria peracik kopi yang tidak terlalu ramah, saya kemudian dipanggil untuk mengambil kopi saya yang masuk dalam antrian. Kalau tidak bertanya, ternyata petugas kopi café ini tidak menawarkan langsung akses gratis hotspot ke Internet yang dipromosikan café ini.   Setelah saya bertanya, apa password hotspot -nya, barulah diberi tulisan password di kertas bill saya, yaitu "hazelle dazele". Cukup bingung, saya tanya ke petugasnya, apakah password itu pakai spasi atau tidak. Dia jawab, “Tidak”. Kemudian, saya mencoba men- setup akses dengan O2. Aneh juga, signal hotspot -nya hilang-hilang timbul.  Yang cukup kuat malah dari café Ola La yg berada di lantai 2. Setelah b

Menafsirkan Kerugian Negara

Teringat Kasus Indosat-IM3 dan munculnya diskusi kerugian perekonomian negara, saya jadi teringat lagi dengan tulisan lama saya beberapa dekade lalu yang sayang untuk dibuang di KONTAN EDISI 36/IV Tanggal 5 Juni 2000.   Menafsirkan Kerugian Negara Rudy M. Harahap Pengamat Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah                                       Saya pernah bertanya kepada mahasiswa di kelas, ketika menyajikan kuliah akuntansi perbankan. Menurut saya, pertanyaan ini mestinya cukup sulit dijawab: "Misalkan Anda menjadi manajer bank dan ada kredit nasabah yang macet. Tentu, Anda tidak ingin gara-gara kredit macet ini kinerja Anda dinilai jelek. Apa yang akan Anda lakukan?" Ternyata, beberapa mahasiswa merasa tak sulit menjawab pertanyaan itu. Dengan enteng, mereka menjawab: "Ya, diskedul ulang saja, Pak. Terus, naikkan plafon pokok utangnya. Selisih antara pokok utang yang lama dengan pokok utang yang baru dikompensasikan saja ke tunggakan cicilan pokok dan tung

MANAJEMEN KINERJA: MENGGUNAKAN SISTEM PENGENDALIAN SECARA STRATEGIS SEBAGAI ‘REM’ DAN ‘GAS’ DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Secara regulasi, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015  ternyata telah mengarahkan perubahan birokrasi kita dari yang dulunya kebanyakan berorientasi pada peraturan ( rules-oriented)  menjadi berorientasi kinerja ( performance-oriented). Dengan kata lain, regulasi kita telah mengarahkan agar kita berubah dari tadinya lebih menekankan pada pengendalian administratif ( administrative control ) menjadi lebih menekankan pada pengendalian hasil ( results control ). Namun, nyatanya, masih banyak yang ragu-ragu dan mempertanyakan apakah kita mesti lebih berorientasi pada peraturan atau lebih berorientasi pada kinerja  (Hartanto, 2018) . Keraguan terkait orientasi tersebut konsisten dengan keluhan beberapa kali Presiden Joko Widodo ketika melihat perilaku birokrasi kita. Ber kal -kali ia telah menyatakan bahwa organisasi sektor publik di Indonesia (baca: instansi pemerintah) kebanyakan menggunakan sumber dayanya ( resources ) hanya untuk ke